BP2LHK Aek Nauli (Aek Nauli, September 2018)_Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli sangat concern pada topik Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), tidak terkecuali dengan madu yang merupakan produk utama dari budidaya lebah madu. Untuk itu BP2LHK Aek Nauli membuat suatu sistem penyebarluasan teknologi budidaya lebah madu yang dibrandingdengan nama Aeknauli Beecosystem.
“Aeknauli Beecosystem merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri dari sumber daya manusia yang ahli dalam budidaya lebah madu, sumber pakan lebah yang sangat berlimpah berupa taman nektar dan tanaman hutan, galeri lebah madu, serta teknologi budidaya dan pemanenan lebah madu terkini yang handal dan efisien,” kata Kepala BP2LHK Aek Nauli, Pratiara, S.Hut, M.Si.
Berupa kegiatan alih teknologi budidaya lebah madu, peserta Aeknauli Beecosystem akan dibekali dengan materi dan praktik pengenalan jenis lebah madu, cara membudidayakan koloni, cara penanganan hama dan penyakit, cara pembuatan dan penggunaan peralatan budidaya, hingga cara memanen dan pengemasan produk.
“Selain kegiatan alih teknologi, Aeknauli Beecosystem juga menyediakan wisata edutainment Pemanenan Lebah Madu untuk semua kalangan yang tertarik melakukan wisata yang memacu adrenalin dengan langsung terlibat dalam kegiatan panen madu dan menambah wawasan serta mencicip madu hasil panen,” lanjut Pratiara menambahkan.
Dengan Aeknauli Beecosystem diharapkan teknologi budidaya lebah madu yang handal dan efisien dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri dan juga untuk meningkatkan jumlah produksi madu di Sumatera Utara untuk ke depannya.
Sebagaimana diketahui, madu merupakan salah satu produk hasil hutan non kayu yang populer di masyarakat karena selain rasanya yang enak, kandungannya juga kaya akan nutrisi dan antioksidan. Namun, besarnya kebutuhan masyarakat akan madu tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang mumpuni.
Data Badan Pusat Statistik, 2017 mengatakan untuk Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 14.102.911 orang dibutuhkan sekitar 211,5 ton madu atau setara dengan 296.161 liter madu per tahun. Sementara jumlah produksi madu di Sumatera Utara hanya sebesar 279 liter untuk tahun 2014, 212 liter tahun 2015 dan 274 liter untuk tahun 2016.
Data tersebut berarti bahwa Sumatera Utara defisit sekitar 295.000 liter madu setiap tahun, padahal Sumatera utara memiliki potensi sumber pakan lebah yang sangat melimpah mengingat jumlah luasan hutan, pertanian dan perkebunan yang dimiliki.***PR
Sumber: Litbang KLHK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar